SURAKARTA, KRNH UNS – Ketua Program Studi S2 Linguistik Universitas Sebelas Maret (UNS) Dr. Arifuddin,...
Kajian Spesial Grand Closing KRNH UNS 1446 H

SURAKARTA, KRNH UNS – Dr. Muhnizar Siagian M.I.POL. salah seorang Dosen FISIPOL UNS menyampaikan materi bertajuk “Dari Kesalehan Ritual Menuju ke Kesalehan Ekonomi dan Politik” pada kajian menjelang buka puasa dalam acara ‘NGAJI’ (Ngabuburit di Masjid) Kampus Ramadan Nurul Huda UNS Surakarta, Rabu (26/3).
Kajian Spesial Grand Closing KRNH 1446 H menjadi puncak dari rangkaian kajian yang telah berlangsung sejak awal Ramadan. Acara ini diselenggarakan sebagai penutup yang sekaligus menjadi momen refleksi bagi para jamaah. Dalam suasana penuh semangat, grand closing ini tidak hanya menjadi ajang silaturahmi tetapi juga kesempatan untuk memperkuat pemahaman dan implementasi nilai-nilai yang telah dipelajari selama Ramadan.
Dari Kesalehan Ritual Menuju ke Kesalehan Ekonomi dan Politik
Dosen FISIPOL UNS ini menjelaskan bahwa nilai-nilai islam menegaskan manusia tidak boleh membuat kerusakan di muka bumi, termasuk dalam tata kelola pemerintahan yang tidak berjalan semestinya. Dalam buku ‘Berebut Wacana’ dijelaskan bagaimana pasca-1998, ekspresi Islam di ruang publik semakin dibatasi. “Kini polarisasi di kalangan Muslim semakin agresif, antara ormas satu dengan yang lain saling adu balas,” ujarnya.
Dalam penyampaiannya, Muhnizar Siagian juga menyoroti buku berjudul ‘Identitas dan Kenikmatan’, dijelaskan bagaimana generasi Muslim urban berusaha menyeimbangkan kebebasan berekspresi dengan keimanan mereka. “Mereka ingin menikmati selera budaya dan ekspresi diri tanpa mengorbankan keyakinan,” ungkapnya.
Nilai-nilai Islam semakin hilang dari ruang publik, keluarga, serta kritik terhadap politik dan ekonomi, menciptakan paradoks di tengah meningkatnya aktivitas keagamaan. Dalam ‘Berebut Wacana’ disebutkan bahwa umat justru sibuk dengan polarisasi internal, memperdebatkan perbedaan tanpa menghasilkan solusi. “Kita terlalu fokus pada urusan ritualistik, sementara pikiran kita terserap ke pasar, sibuk mengonsumsi tanpa refleksi,” jelas dosen Fisipol ini.[ANI]