SURAKARTA, KRNH UNS – Ketua Program Studi S2 Linguistik Universitas Sebelas Maret (UNS) Dr. Arifuddin, Lc., M.A. menegaskan pentingnya mengendalikan diri di bulan puasa untuk memperkuat spiritualitas. Topik ini disampaikannya pada kajian menjelang berbuka puasa dalam acara ‘NGAJI’ (Ngabuburit di Masjid) Kampus Ramadan Nurul Huda UNS Surakarta, Sabtu (1/3).

“Barangsiapa yang mengenal dirinya, maka dia akan mengenal Tuhannya,” ujar Arifuddin diawal kajian. Ia mengartikan kata ‘diri’ merupakan sesuatu yang essens atau inti dari seorang manusia. “Allah menciptakan manusia berbeda-beda satu sama lain bermaksud supaya manusia saling mengenal, menghargai, dan mencintai antar sesama,” tambahnya.

Arifuddin mengungkapkan bahwa dalam berpuasa aspek yang lebih penting adalah mengendalikan ego dalam diri.  Dalam ilmu tasawuf disebutkan bahwa cara paling efektif untuk mengendalikan nafsu adalah dengan berpuasa.

“Puasa melatih untuk mengendalikan nafsu dan ego, dengan itu kita akan mengendalikan spiritualitas dan bisa menjernihkan pikiran,” ungkap Arifuddin. 

“Hati bisa dikatakan sebagai raja dalam diri manusia,” jelasnya. Dalam ajaran Islam, qalbu memiliki derajat yang lebih tinggi dibandingkan nafsu, karena berperan dalam menentukan. Dengan hati, kita mengenal ma’rifat kepada Allah SWT. Ia juga menambahkan mengenai ruh “Ketika ma’rifat sudah sampai pada hati, maka ruh tidak bisa lepas dari mengingat Allah SWT karena hakikatnya hanya Allah yang mengetahui,” pungkasnya.

Menyoroti seorang jamaah yang bertanya mengenai hubungan antara puasa dan pengendalian hawa nafsu, terutama terkait kebiasaan berpacaran yang masih marak terjadi. Menanggapi hal tersebut, Arifuddin menjelaskan “Ada cinta yang tulus, tanpa mengharapkan balasan dari orang yang dicintai. Ada juga cinta yang dipengaruhi oleh nafsu salah satunya yaitu dengan pacaran. Maka orang yang berpuasa dalam kondisi berpacaran harus disadarkan, nafsu harus dipaksa ditinggalkan agar bisa dikendalikan,” tuturnya.[ANI]